Di kala sang Bayu menggosok lembut pada permukaan dedaun Nyiur, lalu dibalas
dengan lambaian. Aku memerhati dengan pandangan yang agak tajam sambil otakku
ligat memikirkan betapa indah ciptaan Tuhan. Aku dapat merasakan ketika itu
neuron-neuron dalam otakku saling berhubungan.
“Alhamdulillah" kalimah pendek itu meluncur laju melangkah dua bibirku. Terasa kerdil bila melihat ciptaan Allah. Hatiku tenang bila terasa Allah bersama, ditambah dengan bunyi alunan zikir oleh burung dan makhluk lainnya memuji dan bertasbih membesarkan sang Pencipta.
Entah kenapa terdetik di hati, teringat kembali pelajaran lama yang susah nak dapat. Aku hanya perolehnya secara percuma dari seorang ayah yang hanya berkelulusan darjah satu sekolah melayu (itu pun tidak lama). Mungkin kerana melihat lambaian lembut yang dibalas (mungkin tanda berterima kasih) tatkala mendapat hempasan sepoi bahasa.
Ilmu itu ringkas, pendek kalimahnya, padat isinya, tersimpan seribu makna,
ILMU TAKSIR diberi nama. Itulah ilmu yang sungguh besar bagiku dari seorang ayah
yang tidak berpendidikan formal. Ayatnya kecil, namun nilainya tak terkira buat
seorang anak yang membutuhkan makna.
“Cuba guna ilmu taksir sikit, kalau kita tak suka orang lain pun sama." Nasihat ayahku dengan nada yang marah tatkala melihat aku melastik ayam jiran. Ketika itu aku tidak mengerti apa yang diucapkan oleh ayah. “Apakah itu ilmu tafsir?"
Tanya hatiku pada diri.
Sekarang aku telah mengerti, hanya dulu aku yang silap dengar dan kurang pada bahasa. Ilmu taksir itu ilmu imbalan kehidupan, jika apa yang berlaku pada kita tidak disukai, begitu juga makhluk lain. Sebagai contoh, kita suka dihargai bila berbuat baik, begitu juga orang lain sukakan penghargaan itu. Apalah salahnya jika diucap terima kasih sebagai imbalan pada pemberian.
Itulah ajaran dari seorang ayah yang mahukan kehidupan anaknya penuh dengan
akhlak dan adab. Dia telah menjadikan dirinya sebagai ‘madrasatul ula' sekolah pertama bagiku semasa kecil.
aku ini ibarat rebun yang akan mencari buluh dan melihat pemandangan dunia yang penuh dengan tipu daya.
Terima kasih tak terhingga kepada ayah yang telah bertungkus-lumus membesarkan kami adik beradik bergandingan dengan ibu. Walau secarik nasihatmu tapi membawa makna kehidupan. Ikhlasnya dirimu hanya Allah yang dapat memberi ganjaran.
Saif al-Lizam
asma amanina
masa
masa
Categories
- bulan Islam (1)
- Diari seorang Pengembara (7)
- ibu... (2)
- kekasih Allah (3)
- Malaysia (1)
- Manusia (3)
- perayaan (1)
- Pesanan (2)
- Rafiqul A'ala (3)
- salah siapa (2)
- suatu kisah (2)
Sunday, May 24, 2009
Ilmu dari Seorang Ayah
Diposkan oleh Saif al-Lizam di 9:13 PM
Label: Diari seorang Pengembara
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mati
Seorang pernah bertanya kepada Abu Dzar al-Ghifari, salah seorang sahabat utama Nabi saw.
"Apa yang tidak beres pada diri saya sehingga saya takut mati?" Jawab Abu Dzar, "Karena engkau telah mengembangkan (memakmurkan) duniamu (saja), sedangkan akhiratmu engkau hancurkan. Maka, engkau tidak mau berubah dari kemakmuran menjadi suatu kehancuran."
ruang tulis
Live Traffic
Laa ilaaha illallah
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahawsanya Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku.”
(surah Anbiya': 25)
La ilaaha illallah, sungguh bermakna kalimah itu... apa tidaknya, sesiapa yang mengucapkannya di akhir hidupnya...maka syurga menjadi habuan...
Para Nabi ditentang, dilawan, dihina, dikekang hanya kerana membawa kalimah itu...
"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahawsanya Tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku.”
(surah Anbiya': 25)
La ilaaha illallah, sungguh bermakna kalimah itu... apa tidaknya, sesiapa yang mengucapkannya di akhir hidupnya...maka syurga menjadi habuan...
Para Nabi ditentang, dilawan, dihina, dikekang hanya kerana membawa kalimah itu...
Antara Keperluan dan Tuntutan
Apa itu keperluan?
Apa pula tuntutan?
Keduanya banyak perbezaan...
Tuntutan lebih utama dari keperluan.
Namun tuntutan sering ditinggalkan.
Keperluan pula dilebih-lebihkan.
Sengaja tidak mendefinisikan...
Tuntutan dan keperluan.
Hemat diriku,
Semua faham...
Fikir-fikirkan...
Apa pula tuntutan?
Keduanya banyak perbezaan...
Tuntutan lebih utama dari keperluan.
Namun tuntutan sering ditinggalkan.
Keperluan pula dilebih-lebihkan.
Sengaja tidak mendefinisikan...
Tuntutan dan keperluan.
Hemat diriku,
Semua faham...
Fikir-fikirkan...
1 komentar:
irah dh bc yg ni....btl2 ape yg ayah bgtau
Post a Comment